KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa,yang telah memberikan rahmat,hidayah serta kesempatan kepada
kelompok kami,sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Profesional “ASUHAN
KEPERAWATAN TENTANG TYPHOID ABDOMENALIS
”ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan
banyak-banyak terima kasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Bu Sri Siswati,SST,S.Pd Yang telah
membimbing serta mengajarkan kami,sehinga kami dapat menyelesaikan makalah
ASKEP ini tepat pada waktunya.
Dalam makalah ASKEP ini,tentu
masih banyak kekurangan,maka dari pada itu,kami sangat mengharapan kritik dan
saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan,semoga
makalah ASKEP ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran khususnya bagi para mahasiswa
keperawatan ,terutama bagi kelompok kami sebagai penyusun.
Medan,Oktober 2012
Penyusun,
Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Typhoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para
thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna,
gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun (
70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak
12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep pada Gastritis?
2.Bagaimana
asuhan keperawatan pada Gastritis?
1.3 Tujuan Umum
1.Mahasiswa
mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada Gastritis .
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Typhoid adalah penyakit
infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan
salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna,
gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun (
70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak
12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
B.
Etiologi
a) Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
• antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
• antigen H(flagella)
• antigen V1 dan protein membrane hialin.
b) Salmonella parathypi A
c) salmonella parathypi B
d) Salmonella parathypi C
e) Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996)
C. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella thypi kepada orang lain.
Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang
akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada
typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
D. Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama
inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang
tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain
1. DEMAM
Demam berlangsung 3 minggu
• Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat pada sore dan malam hari
• Minggu II : Demam terus
• Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur
2. GANGGUAN PADA
SALURAN PENCERNAAN
• Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor,
ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor
• Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
• Terdapat konstipasi, diare
3. GANGGUAN KESADARAN
• Kesadaran yaitu apatis – somnolen
• Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
E. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan
leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia
• Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam
darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit
• Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi
- 1/200³Diperlukan
titer anti bodi terhadap antigeno yang bernilai 4 kali antara masa akut dan konvalesene
mengarah³atau
peningkatan kepada demam typhoid (Rahmad
Juwono, 1996).
F. Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Perawatan
• Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari.
2 jam untuk
mencegah dekubitus.±•
Posisi tubuh harus diubah setiap
• Mobilisasi sesuai kondisi.
2) Diet
• Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa)
• Makanan mengandung cukup cairan, TKTP.
• Makanan harus menagndung cukup cairan, kalori, dan
tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
menimbulkan banyak gas.
3) Obat
• Antimikroba
Kloramfenikolü
Tiamfenikolü
Co-trimoksazol
(Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)ü
• Obat Symptomatik
Antipiretikü
Kartikosteroid,
diberikan pada pasien yang toksik.ü
Supportif :
vitamin-vitamin.ü
Penenang :
diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri (Rahmad Juwono, 1996).ü
G. Komplikasi
Komplikasi dapat dibagi dalam :
1.Komplikasi intestinal
Perdarahan ususü
Perforasi ususü
Ileus paralitikü
2. Komplikasi ekstra intestinal.
Kardiovaskuler :ü
kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis, dan
tromboflebitie.
Darah : anemia hemolitik,
tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
Paru : pneumoni,
empiema, pleuritis.
Hepar dan kandung
empedu : hipertitis dan kolesistitis.
Ginjal :
glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
Tulang :
oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
Neuropsikiatrik :
delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom
Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih
jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan
kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna (Rahmad Juwono,
1996).
H. Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup :
a. Penyediaan air minum yang memenuhi
b. Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c. Pemberantasan lalat.
d. Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia.
a. Imunisasi
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi
personal hygiene. (Mansjoer, Arif 1999).
BAB III
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan,
tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual
dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
1. Riwayat
Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid,
apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi),
nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran
berupa somnolen sampai koma.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
Thypoid atau sakit yang lainnya.
4. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis
pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima
pada apa yang dideritanya.
5. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama
sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi berubah.
3) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan
fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
4) Pola
tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu
badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila
dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
6) Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah
atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
7) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan
mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.
10) Pola hubungan interpersonil
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien
akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan
terganggu.
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,
puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2) Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering,
lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah
abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan
tidak terdapat cuping hidung.
5) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh.
6) Sistem
integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat
banyak, akral hangat.
7) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg
BB/jam.
8) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.
9) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma,
dalam penderita penyakit thypoid.
B. Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi
Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan/bedrest.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).
C. Intervensi dan Implementasi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
infeksi salmonella typhsi
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh
Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu
tubuh.
Turgor kulit membaik
Intervensi :
Berikan penjelasan
kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh agar klien dan
keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi
kecemasan yang timbul.
Anjurkan klien
menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan
membantu mengurangi penguapan tubuh.
Batasi pengunjung agar klien merasa tenang dan
udara di dalam ruangan tidak terasa panas.
Observasi TTV tiap
4 jam sekali
tanda-tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2,5 liter / 24 jam±
Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum
peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
Memberikan kompres
dingin
untuk membantu
menurunkan suhu tubuh
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian tx antibiotik dan antipiretik
antibiotik untuk
mengurangi infeksi dan antipiretik untuk menurangi panas.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi
adekuat
Kriteria hasil : - Nafsu makan meningkat
- Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan
Intervensi
Jelaskan pada klien
dan keluarga tentang manfaat makanan nutrisi. untuk meningkatkan pengetahuan
klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
Timbang berat badan
klien setiap 2 hari.
untuk mengetahui
peningkatan dan penurunan berat badan.
Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak
serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat
masih hangat.
untuk meningkatkan
asupan makanan karena mudah ditelan.
Beri makanan dalam
porsi kecil dan frekuensi sering.
R/ untuk menghindari mual dan muntah.
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.
antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan
nutrisi per oral sangat kurang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed
rest
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS) optimal.
Kriteria hasil : Kebutuhan personal terpenuhi
Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh.
memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.
Intervensi :
Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk
melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (missal. Miring kanan, miring kiri).
agar pasien dan
keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
Kaji kemampuan
pasien dalam beraktivitas (makan, minum). untuk mengetahui sejauh mana
kelemahan yang terjadi.
Dekatkan keperluan
pasien dalam jangkauannya.
untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
Berikan latihan
mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
untuk menghindari
kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil : Turgor kulit meningkat
Wajah tidak nampak pucat
Intervensi :
Berikan penjelasan
tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.
Observasi pemasukan
dan pengeluaran cairan.
untuk mengetahui keseimbangan cairan.
2,5 liter
/ 24 jam.± Anjurkan pasien
untuk banyak minum untuk pemenuhan
kebutuhan cairan
Observasi
kelancaran tetesan infuse.
untuk pemenuhan
kebutuhan cairan dan mencegah adanya odem.
Kolaborasi dengan
dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
untuk pemenuhan
kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).
D. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan
:
Dx :Ó peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhii
Evaluasi : suhu tubuh normal (36 o C) atau terkontrol.
Dx :Ó gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi
adekuat.
Dx :Ó intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest
Evaluasi : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS) optimal.
Dx : gangguan
keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran
cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Evaluasi : kebutuhan cairan terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.
Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,
Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI,
Jakarta.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica
Ester, Jakarta.