ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI PADA ANAK



BAB I
LANDASAN TEORITIS

A.        Pengertian
            Epilepsi adalah gangguan kronik dengan ciri timbulnya dengan gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan yang berulang-ulang yang disebabkan lepasnya muatan listrik yang abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.
Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dasn menghilang secara tiba-tiba.
(Arif Mansoer,1999: 27)
            Epilepsi merupakan suatu manifestasi lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat, gejala ini merupakan terganggunya fungsi otak
(Donna L. Wong, hal. 376)

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepasnya muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.
                        Klasifikasi epilepsi berdasarkan manifestasi klinik menurut WHO :
                        Epilepsi Umum
l  Mayor : Grand Mal
n  Primer
n  Sekunder
l  Minor
n  Petit Mal (pycro-epilepsi)
n  Bangkitan Mioklonus
n  Bangkitan Akinetik
n  Spasme Infantil.
                        Eplepsi Parsial (fokal)
n  Fokal motorik
n  Fokal sensorik
n  Epilepsi lobus temporallis

B.        Anatomi dan Fisiologi
            Pembagian susunan syaraf :
                        Susunan saraf pusat :
l  Medulla spinalis
l  Otak
l  Otak besar
l  Otak kecil
l  Batang otak
                        Susunan saraf perifer
l  Susunan saraf somatik
l  Susunan saraf otonom
n  susunan saraf simpatis
n  susunan saraf parasimpatis
C.        Etiologi
      1. Idiopatik
      2. Faktor genetik
      3. Kelainan kongenital otak
      4. Gangguan metabolik
      5. Infeksi
      6. Trauma
      7. Neoplasma otak dan selaputya
      8. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen.
      9. Keracunan
      10. Penyakit darah, gangguan keseimbangan hormone, degenerasi serebral.






D. Patofiosiologi

Keseimbangan potensial membran

Perubahan konsentrasi ion diruang extra selular yang distimulasi oleh bahan Mekanis, kimiawi atau aliran listrik di sekitarnya
Keseimbangan dari membran sel neuron dengan singkat terjadi Difusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran neuron
Lepasnya muatan listrik besar dan meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya
Kejang


E. Manifestasi Kllinis
I.Epilepsi umum :
1. Major :
            Grand mal (meliputi 75% kasus epilepsi).
            a. Primer : hilang kesadaran dan bangkitan tonik-klonik
            b. Sekunder : adanya aura yaitu gejala pendahulu atau     preiktal sebelum  serangan kejang-kejang.
2.         Petit mal
                        Elipesi petit mal yang sering disebut pykno epilepsi ialah epilepsi umum yang idiopatik. Meliputi kira-kira 3 -- 4% dari kasus epilepsi. Umumnya timbul pada anak sebelum pubertas (4 -- 5 tahun). Bangkitan berupa kehilangan kesadaran yang berlangsung tak lebih dari 10 detik. Sikap berdiri atau duduk sering kali masih dapat dipertahankan Kadang-kadang terlihat gerakan alis, kelopak dan bola mata. Setelah sadar biasanya penderita dapat melanjutkan aktivitas semula. Bangkitan dapat berlangsung beberapa ratus kali dalam sehari.
Bangkitan petit mal yang tak ditanggulangi 50% akan menjadi grand mal. Petit mal yang tidak akan timbul lagi pada usia dewasa dapat diramalkan berdasarkan 4 ciri :
1. Timbul pada usia 4 -- 5 tahun dengan taraf kecerdasan yang normal.
2. Harus murni dan hilang kesadaran hanya beberapa detik.
3. Harus mudah ditanggulangi hanya dengan satu macam obat.
4. Pola EEG khas berupa gelombang runcing dan lambat dengan frekuensi 3 per detik
b.Bangkitan mioklonus
            Bangkitan berupa gerakan involunter misalnya anggukan kepala, fleksi lengan yang terjadi berulang-ulang. Bangkitan terjadi demikian tepatnya sehingga sukar diketahui apakah ada kehilangan kesadaran atau tidak. Bangkitan ini sangat peka terhadap rangsang sensorik
c. Bangkitan akinetik.
                        Bangkitan berupa kehilangan kelola sikap tubuh karena menurunnya tonus otot dengan tiba-tiba dan cepat sehingga penderita jatuh atau mencari pegangan dan kemudian dapat berdiri kembali.
            Ketiga jenis bangkitan ini (petit mal, mioklonus dan akinetik) dapat terjadi pada seorang penderita dan disebut trias Lennox-Gastaut.
d.         Spasme infantil
                        Jenis epilepsi ini juga dikenal sebagai salamspasm atau sindroma West. Timbul pada bayi 3 -- 6 bulan dan lebih sering pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti belum diketahui, namun selalu dihubungkan dengan kerusakan otak yang luas seperti proses degeneratif, gangguan akibat trauma, infeksi dan gangguan pertumbuhan. Bangkitan dapat berupa gerakan kepala kedepan atau keatas, lengan ekstensi, tungkai tertarik ke atas, kadang-kadang disertai teriakan atau tangisan, miosis atau midriasis pupil, sianosis dan berkeringat






II. Epilepsi parsial (· 20% dari seluruh kasus epilepsi)
1. Bangkitan motorik.
            Fokus epileptogen terletak di korteks motorik. Bangkitan kejang pada salah satu atau sebagian anggota badan tanpa disertai dengan hilang kesadaran. Penderita seringkali dapat melihat sendiri gerakan otot yang misalnya dimulai pada ujung jari tangan, kemudian ke otot lengan bawah dan akhirnya seluruh lengan. Manifestasi klinik ini disebut Jacksonian marche
2. Bangkitan sensorik
            Bangkitan yang terjadi tergantung dari letak fokus epileptogen pada koteks sensorik. Bangkitan somato sensorik dengan fokus terletak di gyrus post centralis memberi gejala kesemutan, nyeri pada salah satu bagian tubuh, perasaan posisi abnormal atau perasaan kehilangan salah satu anggota badan. Aktivitas listrik pada bangkitan ini dapat menyebar ke neron sekitarnya dan dapat mencapai korteks motorik sehingga terjadi kejang-kejang.
3. Epilepsi lobus temporalis.
            Jarang terlihat pada usia sebelum 10 tahun. Memperlihatkan gejala fokalitas yang khas sekali. Manifestasi klinik fokalitas ini sangat kompleks karena fokus epileptogennya terletak di lobus temporalis dan bagian otak ini meliputi kawasan pengecap, pendengar, penghidu dan kawasan asosiatif antara ketiga indra tersebut dengan kawasan penglihatan. Manifestasi yang kompleks ini bersifat psikomotorik, dan oleh karena itu epilepsi jenis ini dulu disebut epilepsi psikomotor

A.    Komplikasi
            Komplikasi Epilepsi adalah kondisi-kondisi sekunder, gejala, atau kekacauan lain yang disebabkan oleh Epilepsi. Dalam banyak kasus pembedaan antara gejala epilepsi dan komplikasi epilepsi belum jelas.
                        Daftar komplikasi  Epilepsi: Daftar komplikasi yang telah disebut dalam berbagai sumber untuk Epilepsi meliputi:
n  Status epileptikus
n  Kematian mendadak tidak diterangkan
n  Permasalahan tingkah laku
n  Permasalahan emosional
n  Kerusakan otak terutama status epileptikus dengan serangan Grand Mal

G. Penatalaksanaan
l  Pengobatan kausal
l  Operasi
H. Pemeriksaan penunjang
l  Pemeriksaan fisik
l  Pemeriksaan laboratorium
l  EEG
l  Psikologis dan psikiatris
l  Radiology


















BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I.Pengkajian
l  Riwayat kesehatan terutama yang berkaitan dengan kejadian prenatal, perinatal, dan neonatal.
l  Riwayat aktivitas kejang yang mencakup hal-hal berikut :
n  gambaran perilaku anak selama kejang
n  usia awitan
n  waktu ketika kejang terjadi
n  adanya factor pencetus yang dapat menimbulkan kejang
n  durasi perkembangan dan adanya perasaan atau perilaku pasca kejang
l  lakukan pengkajian fisikl dan neurology
l  observasi pengkajian fisik dan neurologist
l  Bantu dalam prosedur diagnostic dan pengujian
l  Perubahan warna pucat, sianosis, wajah kemerahan
l  Keringat
l  Mulut : posisi menyimpang dari salah satu sisi, gigi mengatup, lidah tergigit, mulut berbusa, flek darah atau perdarahan.
l  Kurang dalam ekspresi
l  Mata : posisi lurus, menyimpang ke atas menyimpang keluar, konjugasi  atau divergen.

II.        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
l  Resiko tinggi trauma atau cidera B/D kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
l  Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas B/D kerusakan neoromuskular
l  Kerusakan mobilitas fisik B/D kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
l  Gangguan identitas diri B/D penyakit yang dialami
l  Kurang pengetahuan keluarga B/D kurangnya informasi
Dx I
Tujuan : cidera trauma tidak terjadi
Kriteria hasil :
n  Faktor penyebab diketahui
n  mempertahankan aturan pengobatan
n  meningkatkan keamanan lingkungan

Intervensi
Rasionalisasi
Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang
Mengidentifikasi pencetus kejang
Observasi keadaan umum, sebelum, selama, dan sesudah kejang.
Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.
Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi.
Mengidentifikasi penyebab kejang
Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang
Merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien setelah kejang
Lindungi klien dari trauma atau kejang.
Menghindari cidera
Berikan kenyamanan bagi klien
Membantu memberikan rasa aman
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti convulsan
Penting untuk mencegah kejang


Dx II
Tujuan : inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
Kriteria hasil :
l  Jalan napas bersih dari sumbatan
l  Suara napas vesikuler
l  Sekresi mukosa tidak ada dan RR dalam batas normal


Intervensi
Rasionalisasi
Observasi tanda-tanda vital
Merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
Atur posisi tidur klien fowler atau semi fowler
Memperluas ekspansi paru
Lakukan penghisapan lendir
Membantu membuka jalan nafas
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
Pemberian terapi penting bagi penderita



Dx III
Tujuan : Kerusakan mobilitas fisik teratasi
Kriteria hasil :
l  Mobilisasi fisik klien aktif
l  kejang tidak ada
l  kebutuhan klien teratasi


Intervensi
Rasionalisasi
Kaji tingkat mobilisasi klien
Identifikasi kelemahan pasien
Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien
Identifikasi kerusakan nervus
Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
Mengurangi resiko cedera
Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien
Mengurangi resiko cedera
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Membantu mengfokuskan perhatian keluarga dalam arti positif


Dx IV
Tujuan : Meningkatkan mekanisme koping positif
Kriteria hasil :
Mengungkapkan persepsi realitis
Penerimaan diri dalam perubahan peran atau gaya hidup








Intervensi
Rasionalisasi
Diskusikan perasaan pasien mengenai penyakitnya
Implikasi di masa yang akan datang untuk membantu pasien untuk menerima keadaannya
Tekankan pentingnya orang terdekat untuk tetap dalam keadaan tenang
Untuk menghindari peningkatan persepsi negativ terhadap keadaan lingkungan atau dirisendiri
Kaji keberhasilan yang telah diperoleh atau kekuatan  yang dimilliki pasien
Membantu untuk menghilangkan persaan dari kegagalan atau kesadaran terhadap diri sendiri


Dx V
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
l  Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam
l  keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit perawatan dan kondisi klien








Intervensi
Rasionalisasi
Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien
Mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman dan memberikan penjelasan
Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes
Keluarga mengerti tentang proses penyakit epilepsi
Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti
Untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakit
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien
Membantu mengfokuskan perhatian keluarga dalam arti positif


4.         Evaluasi
1. Cidera / trauma tidak terjadi
2. Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
3. Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
4. Mekanisme koping positif
5. Pengetahuan keluarga meningkat

Tidak ada komentar: