Senin, 15 Oktober 2012

Tips Cara Bagaimana Mengatasi Rasa Sakit Nyeri Saat Menstruasi atau Haid


– Buat temen cewek pastinya pernah mengalami Nyeri saat Haid, kalau kata orang orang sih menyebutnya dengan delepen. Delepen adalah rasa sakit nyeri pada perut dan rasanya sakit sekali seperti di lilit sangat keras. Bahkan beberapa orang ketika sedang haid ada yang sampai pingsan dan masih banyak lagi. Kali ini saya akan membahas tentang Tips Cara Bagaimana Mengatasi Rasa Sakit Nyeri Saat Menstruasi atau Haid.
Biasanya hal ini terjadi pada siklus menstruasi, pada awal satu atau dua hari awal haid. Apakah ini normal? Tentu saja. Bahkan pada saat saat seperti ini wanita sering kali emosinya tidak terkendali alias sedang labil. Sehingga menyebabkan suka marah, sensi, dan gampang emosi. Dan sebenarny ada beberapa trik yang bias dilakukan untuk mengurangi keluhan PMS (Pre Menstruation Syndrome) ini:
• Mengurangi makanan gurih. Lebih baik hindari makanan yang bersifat gurih atau asin, seperti kentang goreng, kacang-kacangan, atau makanan berbumbu lainnya. Kandungan garam yang tinggi dalam tubuh akan mempercepat proses pelepasan air berlebih di dalam tubuh, sehingga tubuh cepat terasa lemas.
• Menambah konsumsi serat. Serat dari sayuran dan buah-buahan bisa membantu mengurangi keluhan PMS. Pisang, misalnya, mengandung vitamin B6 yang mampu mengurangi gejala PMS seperti payudara yang menegang, retensi air, dan mood yang berubah-ubah. Sedangkan nenas, kaya akan vitamin A, B, dan C, serta mangan. Mineral ini telah terbukti mampu meningkatkan mood dan mengurangi retensi air, sehingga Anda terbebas dari problem perut kembung.
• Memperbanyak minum air putih. Hindari minum terlalu banyak gula, kafein, cokelat, dan es. Kondisi dingin dalam tubuh tidak baik untuk aliran darah. Sebaiknya minum air putih hangat untuk memperlancar aliran darah.
• Mengonsumsi zat besi. Saat menstruasi, kita kehilangan 12-15 mg elemen zat besi. Karena itu, saat menstruasi Anda perlu minum vitamin penambah darah. Selain dengan mengonsumsi vitamin, Anda bisa memenuhi kebutuhan zat besi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Beberapa jenis makanan yang mengandung zat besi adalah daging sapi, kambing, ayam, ikan, ikan tuna, telur, oatmeal, serta berbagai sayuran berwarna hijau.
• Konsumsi vitamin C. Untuk memperkuat daya tahan tubuh, sebaiknya tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C. Selain jeruk, nenas, mangga, atau pepaya, sumber vitamin C ada pada strawberry, brokoli, semangka, kembang kol, kubis, dan tomat.
Mungkin sekian yang bisa septi bagi tentang Tips Cara Bagaimana Mengatasi Rasa Sakit Nyeri Saat Menstruasi atau Haid kali ini. Untuk sekedar tambahan saja, ketika kita sedang haid atau menstruasi banyak sekali darah yang ita keluarkan sehingga diupayakan untuk mengganti darah tersebut dengan cara mengkonsumsi makanan makanan penambah darah. Semoga Tips Cara Bagaimana Mengatasi Rasa Sakit Nyeri Saat Menstruasi atau Haid dari septi kali ini bermanfaat ya :)

Cara Mengatasi Haid yang Tidak Teratur Secara Alami

Cara Mengatasi Haid yang Tidak Teratur Secara Alami. Ketidakteraturan haid ini pun membuat ibu sulit mencari kapan masa subur dan tidak. Seharusnya, jika haid teratur, masa subur dapat ditemukan dengan mudah. Contoh, jika siklusnya 30 hari, maka masa subur diperkirakan 16 hari setelah hari pertama haid. Berbeda dengan siklus panjang dan pendek, sulit sekali menghitung masa subur karena tak ada rumus yang dapat digunakan. Namun begitu, ibu tak perlu berkecil hati. Sebab, dengan kecanggihan pengobatan modern, hal ini bisa diatasi. Nanti dokter akan membantu ibu mencari apa penyebabnya, untuk kemudian diberikan solusinya yang tepat. Tentu diperlukan kerja sama yang lebih intens antara ibu dan pasangan dengan dokter. Mudah-mudahan dengan terapi yang dilakukan bisa membuat ibu segera hamil. Temukan Cara Mengatasi Haid yang Tidak Teratur Secara Alami dan Cara Menyembuhkan Penyakit Campak Secara Alami hanya di blog Aneka Penyakit dan Pengobataannya Secara Alami.




Cara Mengatasi Haid yang Tidak Teratur Secara Alami
1. Bunga Mawar --> baca khasiat Bunga Mawar lainnya
Seduh 20 g bunga mawar segar dengan 1 gelas air panas untuk diminum 2 kali sehari. Catatan : wanita hamil dilarang minum ramuan dan bunga mawar dan bagi penderita fungsi pencernaan Iemah sebaiknya berhati-hati dalam menggunakan ramuan.

2. Bunga Sepatu --> baca khasiat Bunga Sepatu lainnya
Cuci bersih 3 kumtum bunga kembang sepatu, lain giling sampai halus. Tambahkan 150 ml air matang dan cuka beras putih secukupnya. Saring airnya, lalu minum dua sampai tiga kali sehari masing-masing 100 ml. Catatan: Wanita hamil dilarang minum rebusan tumbuhan obat ini. Setiap pengobatan dilakukan secara teratur. Untuk penyakit berat, tetap konsultasikan dengan dokter.

3. Kemuning-> baca khasiat Kemuning lainnya
Cuci bersih 30 g akar kemuning kering, 30 g daun dewa (Gynura segetum L.), dan 15 g umbi rumput teki (Cyperus rotundus L.). Potong-potong semua bahan, lalu rebus dalam 600 ml air sampai tersisa 200 ml. Setelah dingin, saring air rebusannya, lalu minum dua kali sehari masing-masing 100 ml.

Itulah Beberapa Ramuan Tradisional Mengatasi Haid yang Tidak Teratur Secara Alami Jika ada saran dan kritik jangan ragu untuk menyampaikan. Jika ada cara pengobatan lain yang belum tertera silakan tinggalkan komentar dalam bentuk komentar di bawah ini semoga bermanfaat bagi kita semua. 

AWAS TERTULAR KANKER SERVIKS DI KLOSET DUDUK

Awas Tertular Kanker Serviks di Kloset Duduk
………………..
Kanker mulut rahim (serviks) menjadi momok bagi kaum wanita. Di Indonesia, kanker yang disebabkan Human Papilloma Virus (HPV) itu merenggut sedikitnya satu nyawa wanita setiap satu jam.
Dr Laila Nuranna SpOG(K), Kepala Divisi Onkologi Ginekologi Obstetri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan, penularan virus HPV biasanya terjadi lewar hubungan seksual.
Namun, kontak antarkulit di bagian genital juga bisa memicu penularan virus. Misalnya, saling bertukar pakaian dalam atau penggunaan kloset umum. Pada wanita hamil, penularan juga berisiko tinggi terjadi kepada anak yang dikandungnya.
Jumlah prevalensi wanita pengidap kanker serviks di Indonesia terbilang cukup besar. Setiap hari, ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang. Sementara jumlah wanita yang berisiko mengidapnya mencapai 48 juta orang.
Dokter Laila mengatakan, sebagian besar kasus kanker serviks yang terdeteksi di rumah sakit sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati. “Jika kanker ditemukan lebih dini, penanganannya akan lebih mudah dan tingkat harapan hidup lebih besar,” katanya saat Diskusi Kampanye dan Upaya Penanganan Kanker Serviks di Hotel Lumire Jakarta, Senin 12 April 2010.
Jenis virus HPV tipe risiko tinggi yang mendalangi kanker serviks misalnya virus tipe 16 18, 31 dan 33.
Pencegahan HPV dan kanker serviks perlu dilakukan secara lebih luas dalam hal pemeriksaan dan deteksi dini melalui VIA atau papsmear. Cakupan vaksinasi juga harus diperluas. Idealnya vaksin diberikan pada anak perempuan dan laki-laki usia 10 tahun.
Namun, vaksin masih bermanfaat diberikan hingga umur 55 tahun. “Usia yang telah masuk masa aktif seksual harus dideteksi lebih dulu keberadaan virus tersebut dalam tubuh,” ujarnya.
Jangka waktu pemberian vaksin pertama dan kedua bisa dilakukan dalam rentang waktu enam bulan. Dan rentang vaksinasi ketiga selama satu tahun.
Perluasan jangkauan vaksinasi dan edukasi mengenai kampanye kanker serviks dan penanganannya dalam beberapa tahun ke depan diharapkan mampu mengurangi penderita. “Paling tidak, pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks lebih baik sehingga penanganannya lebih cepat,” kata Laila.
shalihah.com :: Dikutip dari vivanews.com

Kamis, 11 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG TYPHOID ABDOMENALIS



KATA PENGANTAR
    
      Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan rahmat,hidayah serta kesempatan kepada kelompok kami,sehingga kelompok kami  dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Profesional “ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG TYPHOID ABDOMENALIS
”ini tepat pada waktunya.                                             
             Tidak lupa kami menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada dosen pembimbing  kami yaitu Bu Sri Siswati,SST,S.Pd Yang telah membimbing serta mengajarkan kami,sehinga kami dapat menyelesaikan makalah ASKEP  ini tepat pada waktunya.
             Dalam makalah ASKEP ini,tentu masih banyak kekurangan,maka dari pada itu,kami sangat mengharapan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
            Akhir kata kami sampaikan,semoga makalah ASKEP ini dapat berguna dan membantu proses  pembelajaran khususnya bagi para mahasiswa keperawatan ,terutama bagi kelompok kami sebagai penyusun.



                                                                             Medan,Oktober 2012                
                                                                         Penyusun,
                                                                 
                                                                            Kelompok


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
          Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).


1.2    Rumusan Masalah
       1. Bagaimana konsep pada Gastritis?
       2.Bagaimana  asuhan keperawatan pada Gastritis? 

1.3    Tujuan Umum
         1.Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada Gastritis .



BAB II
PEMBAHASAN


A.Pengertian

            Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).


B. Etiologi

a) Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
• antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
• antigen H(flagella)
• antigen V1 dan protein membrane hialin.
b) Salmonella parathypi A
c) salmonella parathypi B
d) Salmonella parathypi C
e) Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996)


C. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain.
Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

D. Gejala Klinis

Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain

1. DEMAM
Demam berlangsung 3 minggu
• Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari
• Minggu II : Demam terus
• Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur

2. GANGGUAN PADA SALURAN PENCERNAAN
• Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor
• Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
• Terdapat konstipasi, diare
3. GANGGUAN KESADARAN
• Kesadaran yaitu apatis – somnolen
• Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia
• Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit
• Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi
-  1/200³Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno yang bernilai   4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah³atau peningkatan  kepada demam typhoid (Rahmad Juwono, 1996).

F. Penatalaksanaan

Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Perawatan
• Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
 2 jam untuk mencegah dekubitus.±• Posisi tubuh harus diubah setiap
• Mobilisasi sesuai kondisi.
2) Diet
• Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa)
• Makanan mengandung cukup cairan, TKTP.
• Makanan harus menagndung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.




3) Obat
• Antimikroba
 Kloramfenikolü
 Tiamfenikolü
 Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)ü
• Obat Symptomatik
 Antipiretikü
 Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksik.ü
 Supportif : vitamin-vitamin.ü
 Penenang : diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri (Rahmad Juwono, 1996).ü

G. Komplikasi

Komplikasi dapat dibagi dalam :

1.Komplikasi intestinal
 Perdarahan ususü
 Perforasi ususü
 Ileus paralitikü

2. Komplikasi ekstra intestinal.
 Kardiovaskuler :ü kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis, dan tromboflebitie.
 Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
 Paru : pneumoni, empiema, pleuritis.
 Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
 Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
 Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
 Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna (Rahmad Juwono, 1996).




H. Pencegahan

1. Usaha terhadap lingkungan hidup :
a. Penyediaan air minum yang memenuhi
b. Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c. Pemberantasan lalat.
d. Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia.
a. Imunisasi
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene. (Mansjoer, Arif 1999).






BAB III
MANAJEMEN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

1. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.
4. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
5. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
3) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

                                 
4) Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
6) Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
7) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
10) Pola hubungan interpersonil
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2) Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
5) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

           
6) Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
7) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
9) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

B. Diagnosa keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).

C. Intervensi dan Implementasi

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhsi
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh
Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu tubuh.
Turgor kulit membaik
Intervensi :
 Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul.
 Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
 Batasi pengunjung agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan tidak terasa panas.
 Observasi TTV tiap 4 jam sekali
 tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
 2,5 liter / 24 jam± Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum
peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
 Memberikan kompres dingin
 untuk membantu menurunkan suhu tubuh
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tx antibiotik dan antipiretik
 antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk menurangi panas.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil : - Nafsu makan meningkat
- Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
Intervensi
 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan nutrisi. untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
 Timbang berat badan klien setiap 2 hari.
 untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
 untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
 Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
R/ untuk menghindari mual dan muntah.
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.
antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
Kriteria hasil : Kebutuhan personal terpenuhi
Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh.
memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.
Intervensi :

 Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (missal. Miring kanan, miring kiri).
 agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.

 Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum). untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.
 Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.
untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
 Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
 untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil : Turgor kulit meningkat
Wajah tidak nampak pucat
Intervensi :
 Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.
 Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.
untuk mengetahui keseimbangan cairan.
2,5 liter / 24 jam.± Anjurkan pasien untuk banyak minum  untuk pemenuhan kebutuhan cairan
 Observasi kelancaran tetesan infuse.
 untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya odem.
 Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
 untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).
 



D. Evaluasi

Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan :
 Dx :
Ó peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhii
Evaluasi : suhu tubuh normal (36 o C) atau terkontrol.
 Dx :
Ó gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.

 Dx :
Ó intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest
Evaluasi : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
 Dx : gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Evaluasi : kebutuhan cairan terpenuhi





DAFTAR PUSTAKA


Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.
Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica Ester, Jakarta.