Asuhan Keperawatan CA Mamae (Kanker Payudara)
A. Pengertian
Kanker
adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel
neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal,
selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi
tertentu. ( Sylvia A Price, 1994 ).
Kanker adalah buah dari perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. ( www.google.com )
Kanker
payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada
wanita dengan perkiraan 46.000 meninggal. ( Danielle, Gale 2000)
Kanker
payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita di
Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita
berusia antara 45 sampai 64 tahun. ( Patofisiologi, 2001)
Kanker payudara adalah kanker yang paling sering pada perempuan di samping kanker kulit, walaupun kanker ini sangat jarang pada laki-laki ( Sylvia A. Price,dkk 2006)
Dari
kelima pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kanker payudara
adalah kanker yang sering dijumpai pada wanita dibandingkan dengan
laki-laki dan merupakan penyebab utama kematian pada wanita berusia
antara 45 sampai 64 tahun.
B. Patofisiologi
Menurut
Sylvia A. Price (2006) penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan
namun terdapat beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan, keduanya
adalah lingkungan dan genetik. Faktor-faktor yang berkaitan dengan
peningkatan risiko kanker payudara adalah tempat tinggal di negara
berkembang bagian barat, keadaan sosioekonomi yang rendah, ras, riwayat
penyakit payudara proliferatif, awitan dini menarke, terlambatnya
kelahiran anak pertama, menopouse yang terlambat, keadaan nulipara,
terapi hormon eksogen, terpajan radiasi, dan faktor-faktor makanan
(obesitas dan asupan alkohol yang tinggi).
Berdasarkan
proses jangka panjang terjadinya kanker ada empat fase menurut
www.peluang.com bisnis dan wirausaha indonesia pukul 22.21 yaitu :
1. Fase induksi : 15-30 tahun
Belum
dipastikan penyebab terjadinya kanker, tetapi faktor lingkungan
memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak
dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa merubah
jaringan displasia menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau
ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ : 1-5 tahun
Pada
fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran
cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel
menjadi ganas berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke
jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase
ketiga dan keempat berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi : 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar, maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.
Pentahapan
patologi didasarkan pada histologi memberikan prognosis yang lebih
akurat. Tahap-tahap yang penting menurut Brunner & Suddarth yaitu :
Tahap I terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
Tahap
II terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5
cm dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak
terdeteksi adanya metastasis.
Tahap
III terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan
sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan nodus limfe
terfiksasi positif dalam area klavikular, dan tanpa bukti adanya
metastasis.
Tahap IV terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe normal atau kankerosa, dan adanya metastasis jauh.
Tipe kanker payudara menurut Brunner & Suddarth antara lain :
1.
Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologis yang paling
umum, merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini bila
dipalpasi terasa keras. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke nodus
aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan kanker lainnya.
2.
Karsinoma lobular menginfiltrasi jarang terjadi, merupakan 5%-10%
kanker payudara. Tumor ini terjadi pada area penebalan yang tidak baik
pada payudara bila dibanding tipe duktal menginfiltrasi. Karsinoma
duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai keterlibatan
nodus aksilar yang serupa meskipun tempat metastasisnya berbeda.
Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak,
sedangkan karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan
meningeal.
3. Karsinoma medular tumbuh dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat.
4. Kanker musinus, penghasil lendir dan tumbuh dengan lambat.
5. Kanker duktal-tubular jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim.
6.
Karsinoma inflamatori adalah tipe kanker payudara yang jarang. Tumor
setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara secara abnormal
keras dan membesar. Kulit di atas tumor ini merah dan agak hitam. Sering
terjadi Edema dan retraksi puting susu.
Tanda
dan gejala yang paling umum adalah benjolan atau penebalan pada
payudara. Gejala lain dari kanker payudara meliputi kulit cekung (
lesung ), retraksi atau deviasi puting susu, dan nyeri tekan, atau rabas
khususnya berdarah dari puting. Kulit Peau d’orange, kulit tebal dengan
pori-pori menonjol sama dengan kulit jeruk, dan ulserasi pada payudara.
Jika ada nodul, mungkin menjadi keras, pembesaran nodus limfe aksilaris
membesar atau nodus supra klavikula teraba pada daerah leher. Tanda dan
gejala dari metastasis yang luas meliputi nyeri pada bahu, pinggang,
punggung bagian bawah atau pelvis, batuk menetap, anoreksia atau berat
badan menurun, gangguan pencernaan, pusing, penglihatan kabur, dan sakit
kepala.
Komplikasi
utama dari kanker payudara menurut Danielle Gale dan Jane Charette
adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase
jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang
kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan
hiperkalsemia. Metastase ke paru-paru akan
mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensorik.
Untuk
deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan beberapa cara antara lain
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sejak usia 20 tahun, dilakukan
selama sebulan sekali sesudah haid, pemeriksaan berkala oleh dokter
setiap 2-3 tahun pada usia 20-40 tahun. Mamografi 1-2 kali pada usia 35
hingga 49 tahun.
Adapun langkah-langkah SADARI untuk memudahkan mengetahui ada tidaknya kanker di payudara terlampir.
C. Penatalaksanaan
1. Medis
Pembedahan, dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu:
a.
Mastektomi total (sederhana), yaitu mengangkat semua jaringan payudara,
tetapi semua atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
b.
Mastektomi radikal modifkasi mengangkat seluruh payudara, beberapa atau
semua nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor prosedur
membatasi (contoh lumpektomi) mungkin dilakukan pada pasien rawat jalan
yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya diangkat.
c.Mastektomi/lumpektomi dengan diseksi kelenjar getah bening aksila radiasi/kemoterapi.
d.
Terapi radiasi dapat digunakan untuk mengatasi kanker payudara
terinflamasi sebelum diberikan kemoterapi. Dapat juga digunakan untuk
mengatasi penyakit yang kambuh secara lokal, untuk menangani fungsi
ovarium, dan untuk mengatasi gejala dari metastase penyakit.
e. Kemoterapi,
kemoterapi ajufan untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat
multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi
yang paling sering dianjurkan disebut CMF dan meliputi siklofosfamid
(Cytoxan), metotrexat, fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.
2. Keperawatan
Rencana
keperawatan menurut Marilynn E. Doengoes yaitu membantu pasien/orang
terdekat menerima stress situasi/prognosis, mencegah komplikasi, membuat
program rehabilitasi individual, memberikan informasi tentang penyakit,
prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi
pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan
lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi
biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala:
adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan
payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting
yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat
menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat (setelah
50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah
tentang seksualitas/keintiman.
Tanda:
perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung,
berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan
atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa,
serosangiosa, sangiosa, rabas berair
meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan)
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau
nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan rumah.
Pemeriksaan Diagnostik
a).
Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.
b). Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras ke dalam aliran duktus.
c).
Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen
dari mamografi.
d). Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
e).
Termografi: mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai ”titik
panas” karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
f).
Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan
membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar.
Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada
mamografi.
g).
Scan CT dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras
yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin dan tidak untuk mamografi.
h).Biopsi
payudara (jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan dan seleksi
terapi yang tepat.
i).
Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi
mengandung reseptor hormon (estrogen dan progresteron). Pada sel
malignan, reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan
pembagian sel. Kurang lebih duapertiga semua wanita dengan kanker
payudara reseptor estrogennya positif dan cenderung berespon baik
terhadap terapi hormon menyertai terapi primer untuk memperluas periode
bebas penyakit dan kehidupan.
j). Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang: dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
E. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
analisa data menurut Doengoes (2000) dan Brunner & Suddarth (1999),
ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Pra operasi :
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, pengobatannya dan prognosis.
Pasca operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan, perubahan sirkulasi, adanya edema, perubahan pada elastisitas kulit, sensasi, destruksi jaringan ( radiasi ).
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping radiasi dan kemoterapi.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neorumuskular, nyeri, pembentukan edema.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial lengan atas pada tempat yang dioperasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakitnya.
F. Intervensi
Setelah
diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan perencanaan untuk
setiap diagnosa keperawatan menurut Doengoes (2000) dan Brunner dan
Suddarth (1999) sebagai berikut :
Pra operasi :
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, pengobatannya dan prognosis.
Kriteria evaluasi : menunjukan rentang perasaan yang tepat
Intervensi
: a. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervensi
pembedahan, dan terapi yang akan datang. b. Jelaskan tujuan dan
persiapan untuk tes diagnostik. c. Berikan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi orang terdekat. d. Berikan informasi tentang sumber komunitas bila ada.
Pasca operasi
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
Kriteria evaluasi: Tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan tepat, mengekspresikan penurunan nyeri.
Intervensi : a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10) b.
Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal. c. Bantu pasien
menemukan posisi nyaman. d. berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik
relaksasi. e. Sokong dada saat latihan nafas dalam. f. Berikan obat nyeri
yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan sebelum
aktivitas dijadwalkan. g. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi.
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan,
perubahan sirkulasi, adanya edema, perubahan pada elastisitas kulit,
sensasi, destruksi jaringan (radiasi).
Kriteria evaluasi : Meningkatkan waktu penyembuhan luka, menunjukan prilaku/tehnik untuk meningkatkan penyembuhan/mencegah komplikasi.
Intervensi:
a. Kaji balutan luka, awasi jumlah edema, kemerahan, dan nyeri pada
insisi dan lengan. Awasi suhu. b. Tempatkan pada posisi semi fowler pada
punggung atau sisi yang tidak sakit dengan lengan tinggi dan disokong
dengan bantal. c. Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksikan obat
atau memasukan IV pada lengan yang sakit. d. Dorong
untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit , beritahu pasien untuk
tidak menggunakan jam tangan atau perhiasaan lain pada tangan yang
sakit. e. Berikan antibotik sesuai indikasi.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping radiasi dan kemoterapi.
Kriteria evaluasi
: menunjukan gerakan ke arah penerimaan diri dalam situasi, pengenalan
dan ketidaktepatan perubahan dalam konsep diri tanpa menegatifkan harga
diri, menyusun tujuan yang realistik dan secara aktif berpartisipasi
dalam program terapi.
Intervensi:
a. Identifikasi masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karier
dan sebagainya. b. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan misal
marah, bermusuhan dan berduka. c. Diskusikan tanda dan gejala depresi
dengan orang terdekat. d. Yakinkan perasaan pasangan sehubungan dengan
aspek seksual, dan memberikan informasi dan dukungan.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, nyeri, pembentukan edema.
Kriteria evaluasi
: Menunjukan keinginan untuk berpartisipasi dalam terapi, menunjukan
tehnik yang memampukan melakukan aktivitas, peningkatan kekuatan bagian
tubuh yang sakit.
Intervensi: a. Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi. b. Dorong pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri, makan, menyisir rambut, mencuci muka. c.
Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. d. Tingkatkan
latihan sesuai indikasi, contoh ekstensi aktif lengan dan rotasi bahu
saat berbaring di tempat tidur, mengangkat lengan untuk menyentuh ujung
jari di belakang kepala.
5. Kurang perwatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial lengan atas pada tempat yang dioperasi.
Kriteria evaluasi : Menghindari kerusakan mobilitas dan pencapaian perawatan diri hingga tingkat yang paling tinggi.
Intervensi
: a. Dorong pasien untuk berparstisipasi secara aktif dalam perawatan
pasca operasi. b. Dorong agar pasien bersosialisasi, terutama dengan
orang- orang yang telah secara berhasil mengatasi keadaan serupa. c.
Buat modifikasi progresif dalam program latihan pasien sesuai tingkat
kenyamanan dan toleransi. d. Beri pujian pada pasien ketika tampak
kreatif atau rapih.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Kriteria evaluasi
: Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan melakukan
prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan,
melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi pada program
pengobatan..
Intervensi :
a. Kaji proses penyakit, prosedur pembedahan, dan harapan yang akan
datang. b. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan
dan pemasukan cairan yang adekuat. c. Anjurkan pasien untuk melindungi
tangan dan lengan bila berkebun. Anjurkan menggunakan alat waspada
medik. d. Tunjukan penggunaan kompres intermiten sesuai kebutuhan. e.
Dorong pemeriksaan diri teratur pada payudara yang masih ada.
G. Implementasi
Pelaksanaan
merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam
melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi berhubungan
dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan (Bulechek
and Closkey 1985). Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa tindakan mandiri
maupun tindakan kolaborasi.
Dalam
pelaksanaan tindakan langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji
kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan
kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan
yang dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan semua
tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan
keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam
pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan
adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi
tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.
Untuk
diagnosa keperawatan ansietas tindakan yang dilakukan yaitu meyakinkan
informasi kepada pasien tentang diagnosis, menjelaskan tujuan dan
persiapan untuk tes diagnostik. Untuk diagnosa keperawatan nyeri
tindakan yang dilakukan yaitu mengkaji keluhan nyeri, membantu pasien
menemukan posisi yang nyaman, memberikan obat analgetik sesuai indikasi
program dokter. Untuk diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit
tindakan yang dilakukan yaitu mengkaji balutan luka, menempatkan pada
posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tidak sakit dengan
lengan tinggi dan di sokong dengan bantal. Untuk diagnosa keperawatan
gangguan citra tubuh tindakan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi
masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karier, mendorong
pasien untuk mengekspresikan perasaannya misal, marah, bermusuhan dan
berduka. Untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik tindakan
yang dilakukan yaitu membantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai
keperluan, meningkatkan latihan sesuai indikasi, misal ekstensi aktif
lengan dan rotasi bahu saat berbaring di tempat tidur. Untuk diagnosa
keperawatan kurang perawatan diri tindakan yang dilakukan yaitu
mendorong pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam perawatan pasca
operasi, memberikan pujian pada pasien ketika tampak kreatif dan rapih.
Untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan tindakan yang dilakukan
yaitu mengkaji proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang
akan datang, mendiskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi,
makan dan pemasukan cairan yang adekuat.
H. Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa
jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar
atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting
didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah
intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi
kembali. Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reliabilitas dan validitas
dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses ( formatif ) dan evaluasi hasil ( sumatif ). Evaluasi
proses adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan
dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauhmana pencapaian
tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan pada akhir asuhan.
Seorang perawat harus mampu menafsirkan hasil evaluasi dari masalah keperawatan klien yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai
Bila klien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian
Bila
klien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian
dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai
Bila klien menunjukkan tidak ada perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.
Untuk
evaluasi diagnosa keperawatan ansietas hasil yang diharapkan yaitu
menunjukkan rentang perasaan yang tepat. Untuk evaluasi diagnosa
keperawatan nyeri hasil yang diharapkan yaitu mengekspresikan penurunan
nyeri. Untuk evaluasi diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit
hasil yang diharapakan yaitu menunjukkan perilaku/tehnik untuk
meningkatkan penyembuhan/mencegah komplikasi. Untuk evaluasi diagnosa
keperawatan gangguan citra tubuh hasil yang diharapkan yaitu menunjukkan
gerakan ke arah penerimaan diri dalam situasi pengenalan dan
ketidaktepatan perubahan dalam konsep diri tanpa menegatifkan harga
diri. Untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik hasil yang
diharapkan yaitu menunjukkan keinginan untuk berpartisipasi dalam
terapi, menunjukkan tehnik yang memampukan melakukan aktivitas. Untuk
diagnosa keperawatan kurang perawatan diri hasil yang diharapkan yaitu
menunjukkan pencapaian perawatan diri hingga tingkat yang paling tinggi.
Untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan hasil yang diharapkan
yaitu menunjukkan pemahaman proses penyakit dan pengobatan melakukan
prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar